Mewarnai Kota Pekalongan Reggae
bukan sekedar berambut gimbal atau tampil berantakan.
Obsesi menyebarkan music reggae di Kota Pekalongan, merupakan tujuan dari Agung, salah satu pecinta reggae yang saat ini tergabung dalam band reggae Batman Kasarunk, group band reggae di Kota Pekalongan yang berdiri sejak 2005 lalu. Group band ini digawangi Agung sendiri pada vocal, Daim dan Bekti pada guitar, Tomi pada bass, Apan pada keyboard, Ony pada drum, Dodoy pada perkusi dan Hendi pada sexofone.
Music reggae yang di pelopori Bob Marley ini menjadi pilihan mereka, karena menurut mereka musiknya easy listening dan bisa dinikmati semua orang.
Di lapangan tenis GOR Jetayu sore itu Agung bercerita banyak hal tentang reggae, dari mulai sejarah reggae, perform mereka yang ditinggalkan banyak penonton, kreativitas yang diwarnai perselisihan, hingga ganja, yang diidentikkan banyak orang awam dengan music ini.
Agung mulai bercerita tentang perform pertama mereka di SMA negeri 2 kota Pekalongan, selanjutnya pernah juga menjadi bintang tamu di pembukaan dupan square, yang meninggalkan cerita yang tak pernah dilupakan, karena saat itu banyak penonton yang bubar saat mereka berada di atas panggung, karena reggae masih asing di telinga penonton.
Batman Kasarunk sendiri menurut cerita Agunk sudah berekspresi selama 7 tahun, dalam kurun waktu 7 tahun ini tidak lepas dari pertikaian antar pribadi, salah satu yang mewarnai perjalanan mereka, namun mereka tetap menganggap perbedaan menjadi warna, dan bahkan bisa menjadi inspirasi bagi karya. Dalam 7 tahun yang cukup konsisten ini batman kasarunk mengeluarkan 5 lagu karya sendiri, diantaranya berjudul semua oke, selalu di sini, janji dan versus cinta. Pentas terakhir dilakukan tanggal 20 februari 2011 di SMA Negeri 2, yang merupakan almamater dari sebagian personil band.
Dalam prosesnya yang identik dengan anak muda yang suka coba-coba, Batman juga melakukan inovasi dengan memasukkan Rocsteady dalam lagu-lagu ciptaanya sendiri.
Tahun 1968 banyak disebut sebagai tahun kelahiran musik reggae. Karakter vocal music ini biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang dipengaruhi pula irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari. Tempo musik yang lebih lambat, pada saatnya mendukung penyampaian pesan melalui lirik lagu yang terkait dengan tradisi religi Rastafari dan permasalahan sosial politik humanistik dan universal.
Musik reggae semakin populer ke seluruh penjuru dunia di era tahun 1980-an, termasuk di Indonesia. Di Kota Pekalongan sendiri,menurut Agung, reggae mulai popular sejak 2007, saat itu di kenalkan steven coconnuttrees, dua tahun setelah batman kasarunk terbentuk. Sejak itu mulai bermunculan band-band lain selain batman kasarunk, seperti curhat dan lain-lain, yang saat ini jumlahnya mencapai 11 band.
Namun keberadaan band-band ini kurang berkembang jika minim ruang ekspresi, dan ketika disinggung peran pemerintah setempat dalam mendukung pemusik local, Agung mengungkapkan, pemerintah dinilai kurang memberikan perhatian, sehingga memunculkan ide untuk membuat komunitas music di kota Pekalongan.
Sementara padangan masyarakat awam soal penggunaan ganja untuk menikmati musik reggae bisa jadi tidak diterima oleh seluruh penikmat musik reggae, termasuk Agung, menurut mereka, reggae sebetulnya adalah musik yang membawa pesan perdamaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar