Pengikut

Selasa, 14 Mei 2013

Pecinta Reggae Pekalongan

Mewarnai Kota Pekalongan Reggae

Reggae, membawa pesan kasih sayang dan perdamaian,
bukan sekedar berambut gimbal atau tampil berantakan
.



Obsesi menyebarkan music reggae di Kota Pekalongan, merupakan tujuan dari Agung, salah satu pecinta reggae yang saat ini tergabung dalam band reggae Batman Kasarunk, group band reggae di Kota Pekalongan yang berdiri sejak 2005 lalu. Group band ini digawangi Agung sendiri pada vocal, Daim dan Bekti pada guitar, Tomi pada bass, Apan pada keyboard, Ony pada drum, Dodoy pada perkusi dan Hendi pada sexofone.

Music reggae yang di pelopori Bob Marley ini menjadi pilihan mereka, karena menurut mereka musiknya easy listening dan bisa dinikmati semua orang.

Di lapangan tenis GOR Jetayu sore itu Agung bercerita banyak hal tentang reggae, dari mulai sejarah reggae, perform mereka yang ditinggalkan banyak penonton, kreativitas yang diwarnai perselisihan, hingga ganja, yang diidentikkan banyak orang awam dengan music ini.

Agung mulai bercerita tentang perform pertama mereka di SMA negeri 2 kota Pekalongan, selanjutnya pernah juga menjadi bintang tamu di pembukaan dupan square, yang meninggalkan cerita yang tak pernah dilupakan, karena saat itu banyak penonton yang bubar saat mereka berada di atas panggung, karena reggae masih asing di telinga penonton.


Batman Kasarunk sendiri menurut cerita Agunk sudah berekspresi selama 7 tahun, dalam kurun waktu 7 tahun ini tidak lepas dari pertikaian antar pribadi, salah satu yang mewarnai perjalanan mereka, namun mereka tetap menganggap perbedaan menjadi warna, dan bahkan bisa menjadi inspirasi bagi karya. Dalam 7 tahun yang cukup konsisten ini batman kasarunk mengeluarkan 5 lagu karya sendiri, diantaranya berjudul semua oke, selalu di sini, janji dan versus cinta. Pentas terakhir dilakukan tanggal 20 februari 2011 di SMA Negeri 2, yang merupakan almamater dari sebagian personil band.

Dalam prosesnya yang identik dengan anak muda yang suka coba-coba, Batman juga melakukan inovasi dengan memasukkan Rocsteady dalam lagu-lagu ciptaanya sendiri.

Tahun 1968 banyak disebut sebagai tahun kelahiran musik reggae. Karakter vocal music ini biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang dipengaruhi pula irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari. Tempo musik yang lebih lambat, pada saatnya mendukung penyampaian pesan melalui lirik lagu yang terkait dengan tradisi religi Rastafari dan permasalahan sosial politik humanistik dan universal.

Musik reggae semakin populer ke seluruh penjuru dunia di era tahun 1980-an, termasuk di Indonesia. Di Kota Pekalongan sendiri,menurut Agung, reggae mulai popular sejak 2007, saat itu di kenalkan steven coconnuttrees, dua tahun setelah batman kasarunk terbentuk. Sejak itu mulai bermunculan band-band lain selain batman kasarunk, seperti curhat dan lain-lain, yang saat ini jumlahnya mencapai 11 band.
Namun keberadaan band-band ini kurang berkembang jika minim ruang ekspresi, dan ketika disinggung peran pemerintah setempat dalam mendukung pemusik local, Agung mengungkapkan, pemerintah dinilai kurang memberikan perhatian, sehingga memunculkan ide untuk membuat komunitas music di kota Pekalongan.

Sementara padangan masyarakat awam soal penggunaan ganja untuk menikmati musik reggae bisa jadi tidak diterima oleh seluruh penikmat musik reggae, termasuk Agung, menurut mereka, reggae sebetulnya adalah musik yang membawa pesan perdamaian.

REGGAE REVOLUTION












INI adaLAh SosoK WAjaH Dari SAng LEgenDaris DAn Sang PLopor Musik Reggae


Reggae yang Tidak Harus Rasta :
Reggae dan rasta

Di Indonesia, reggae hampir selalu diidentikkan dengan rasta. Padahal, reggae dan rasta sesungguhnya adalah dua hal yang berbeda. "Reggae adalah nama genre musik, sedangkan rasta atau singkatan dari rastafari adalah sebuah pilihan jalan hidup, way of life," ujar Ras Muhamad (23), pemusik reggae yang sudah 12 tahun menekuni dunia reggae di New York dan penganut ajaran filosofi rasta. Repotnya, di balik ingar-bingar dan kegembiraan yang dibawa reggae, ada stigma yang melekat pada para penggemar musik tersebut. Dan stigma tersebut turut melekat pada filosofi rasta itu sendiri. "Di sini, penggemar musik reggae, atau sering salah kaprah disebut rastafarian, diidentikkan dengan pengisap ganja dan bergaya hidup semaunya, tanpa tujuan," ungkap Ras yang bernama asli Muhamad Egar ini. Padahal, filosofi rasta sesungguhnya justru mengajarkan seseorang hidup bersih, tertib, dan memiliki prinsip serta tujuan hidup yang jelas. Penganut rasta yang sesungguhnya menolak minum alkohol, makan daging, dan bahkan mengisap rokok. "Para anggota The Wailers (band asli Bob Marley) tidak ada yang merokok. Merokok menyalahi ajaran rastafari," papar Ras.

Ras mengungkapkan, tidak semua penggemar reggae adalah penganut rasta, dan sebaliknya, tidak semua penganut rasta harus menyenangi lagu reggae. Reggae diidentikkan dengan rasta karena Bob Marley—pembawa genre musik tersebut ke dunia adalah seorang penganut rasta.

Ras menambahkan, salah satu bukti bahwa komunitas reggae di Indonesia sebagian besar belum memahami ajaran rastafari adalah tidak adanya pemahaman terhadap hal-hal mendasar dari filosofi itu. "Misalnya waktu saya tanya mereka tentang Marcus Garvey dan Haile Selassie, mereka tidak tahu. Padahal itu adalah dua tokoh utama dalam ajaran rastafari," ungkap pemuda yang menggelung rambut panjangnya dalam sorban ini.
Pemusik Tony Q Rastafara pun mengakui, meski ia menggunakan embel-embel nama Rastafara, tetapi dia bukan seorang penganut rasta. Tony mencoba memahami ajaran rastafari yang menurut dia bisa diperas menjadi satu hakikat filosofi, yakni cinta damai. "Yang saya ikuti cuma cinta damai itu," tutur Tony yang tidak mau menyentuh ganja itu.
Namun, meski tidak memahami dan menjalankan seluruh filosofi rastafari, para penggemar dan pelaku reggae di Indonesia mengaku mendapatkan sesuatu di balik musik yang mereka cintai itu. Biasanya, dimulai dari menyenangi musik reggae (dan lirik lagu-lagunya), para penggemar itu kemudian mulai tertarik mempelajari filosofi dan ajaran yang ada di baliknya.

Seperti diakui Hendry Moses Billy, gitaris grup Papa Rasta asal Yogya, yang mengaku musik reggae semakin menguatkan kebenciannya terhadap ketidakadilan dan penyalahgunaan wewenang. Setiap ditilang polisi, ia lebih memilih berdebat daripada "berdamai". "Masalahnya bukan pada uang, tetapi praktik seperti itu tidak adil," tandas Moses yang mengaku sering dibuntuti orang tak dikenal saat beli rokok tengah malam karena dikira mau beli ganja.
 
MENIKMATI GOYANG ALA MUSIK REGGAE 

Reggae merupakan salah satu jenis aliran musik yang sudah tidak asing lagi, meskipun komunitas pecinta musik reggae di Indonesia terbilang tidak terlalu banyak.
Sayangnya, meskipun menyuarakan perdamaian, banyak pula yang memandang negatif terhadap komunitas penggemar musik reggae. Mereka diidentikkan dengan kehidupan bebas serta konsumsi daun ganja.


Irama musik reggae ini, terdengar mengasyikkan. Iramanya yang dinamis, membuat pendengarnya terhanyut. Mereka ikut menghayati lirik-lirik dalam sebuah lagu berirama reggae ini.

Sepintas, penampilan para penggemar musik reggae ini seakan menunjukkan gaya hidup yang masa bodoh. Kaos oblong, jeans belel, serta rambut gimbal, menambah lusuh penampilannya.

Ditambah lagi dengan adanya stereotipe negatif yang selama ini muncul. Musik reggae terkesan identik dengan ganja, mariyuana, serta seks bebas. Hal itu diperkuat oleh kenyataan di mana petugas kebersihan kerap menemukan sisa lintingan ganja yang habis dibakar, seusai pertunjukkan musik reggae.

Soal penggunaan ganja untuk menikmati musik reggae tidaklah diterima oleh seluruh penikmat musik reggae. Menurut mereka, reggae sebetulnya adalah musik yang membawa pesan perdamaian.

MENIKMATI GOYANG ALA REGGAE


SOSOK RASTAMANIAN INDONESIA



Kata reggae sebenarnya berasal dari logat afrika dari kata “ragged” yaitu gerakan seperti menghentak badan saat orang menari dengan iringan musik ska atau reggae. Reggae sendiri dipengaruhi oleh musik R&B, ROCK, CALYPSO,RHUMBA serta musik khas jamaika yang disebut mento. Irama reggae sendiri berasal dari musik ska, yang cenderung memberi tekanan pada nada-nada lemah serta hentakan ritmik drum yang komplek. Tetapi ada yang membedakan musik ska dengan reggae,yaitu tempo musik reggae sedikit lebih lambat dan menonjolkan vocal yang yang berat seperti pada musik-musik chant serta diiringi oleh tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari rastafari.
Mengapa musik reggae itu terkesan dengan penampilan yang nggimbal ataupun lusuh? Kita telaah saja dari asal-muasal musik reggae yaitu berasal dari jalanan getho”perkampungan kaum rastafarian” di daerah jamaika. Mungkin hal itulah yang menyebabkan gaya rambut gimbal menghiasi para musisi di awal perjalanannya dan sarat dengan ajaran-ajaran rastafarian yang meng ”idealisaikan” kebebasan, perdamaian, keindahan ala dan gaya hidup bohemian.
Di indonesia sendiri,

musik ini di pelopori oleh imanez kemudian di susul oleh bung tony q. Musik yang dibawakan oleh keduanyapun sungguh kental dengan gaya-gaya musik bohemian, dengan irama real reggae, beliau sanggup mewarnai jajaran musik indonesia. Dia pun mucul sebagai pelopor band-band reggae lain, seperti steven and coconut trees yang mengusung musik reggae yang lebih modern. Jadi buat orang-orang yang masih awam dengan musik ini, janganlah berprasangka buruk kepada orang-orang yang mencintai musik ini (termasuk saya)hehehehehehe. Mungkin penampilan mereka terlihat apa-adanya dan agak berantakkan tetapi sesungguhnya dibalik itu semua terdapat filosofi-filosofi dari unsur kesederhanaan, kebebasan dan perdamaian



Apa sih Reggae”

Reggae sendiri adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan Blues serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Gaya sintesis ini jelas menunjukkan keaslian Jamaika dan memasukkan ketukan putus - putus tersendiri, strumming gitar ke arah atas, pola vokal yang ‘berkotbah’ dan lirik yang masih seputar tradisi religius Rastafari. Meski banyak keuntungan komersial yang sudah didapat dari reggae, Babylon (Jamaika), pemerintah yang ketat seringkali dianggap membatasi gerak namun bukan aspek politis Rastafarinya. “Reg-ay” bisa dibilang muncul dari anggapan bahwa reggae adalah style musik Jamaika yang berdasar musik soul Amerika namun dengan ritem yang ‘dibalik’ dan jalinan bass yang menonjol. Tema yang diangkat emang sering sekitar Rastafari, protes politik, dan rudie (pahlawan hooligan). Bentuk yang ada sebelumnya (ska & rocksteady) kelihatan lebih kuat pengaruh musik Afrika - Amerika-nya walaupun permainan gitarnya juga mengisi ‘lubang - lubang’ iringan yang kosong serta drum yang kompleks. Di Reggae kontemporer, permainan drum diambil dari ritual Rastafarian yang cenderung mistis dan sakral, karena itu temponya akan lebih kalem dan bertitik berat pada masalah sosial, politik serta pesan manusiawi.

“Ngga asli Jamaika lho!”

Reggae memang adalah musik unik bagi Jamaika, ironisnya akarnya berasal dari New Orleans R&B. Nenek moyang terdekatnya, ska berasal berasal dari New Orleans R&B yang didengar para musisi Jamaika dari siaran radio Amrik lewat radio transistor mereka. Dengan berpedoman pada iringan gitar pas - pasan dan putus - putusadalah interprestasi mereka akan R&B dan mampu jadi populer di tahun 60an. Selanjutnya semasa musim panas yang terik, merekapun kepanasan kalo musti mainin ska plus tarinya, hasilnya lagunya diperlambat dan lahirlah Reggae. Sejak itu, Reggae terbukti bisa jadi sekuat Blues dan memiliki kekuatan interprestasi yang juga bisa meminjam dari Rocksteady (dulu) dan bahkan musik Rock (sekarang). Musik Afrika pada dasarnya ada di kehidupan sehari-hari, baik itu di jalan, bus, tempat umum, tempat kerja ato rumah yang jadi semacam semangat saat kondisi sulit dan mampu memberikan kekuatan dan pesan tersendiri. Hasilnya, Reggae musik bukan cuma memberikan relaksasi, tapi juga membawa pesan cinta, damai, kesatuan dan keseimbangan serta mampu mengendurkan ketegangan.

It’s Influences”

Saat rekaman Jamaika telah tersebar ke seluruh dunia, sulit rasanya menyebutkan berapa banyak genre musik popular sebesar Reggae selama dua dekade. Hits - hits Reggae bahkan kemudian telah dikuasai oleh bintang Rock asli mulai Eric Clapton sampai Stones hingga Clash dan Fugees. Disamping itu, Reggae juga dianggap banyak mempengaruhi pesona tari dunia tersendiri. Budaya ‘Dancehall’ Jamaika yang menonjol plus sound system megawatt, rekaman yang eksklusif, iringan drum dan bass, dan lantunan rap dengan iringannya telah menjadi budaya tari dan tampilan yang luar biasa.Inovasi Reggae lainnya adalah Dub remix yang sudah diasimilasi menjadi musik populer lainnya lebih luas lagi.






WAWANCARA

Anak kampung yang berontak dari pabrik kaleng.
Memilih hidup dan bermusik di jalanan. Walau digasak dan dicemooh orang, tetap memilih reggae sebagai jalan hidupnya. Lagu-lagunya direkam Putumayo label tersohor dunia untuk world music. Sohor di ajang festival di Amerika tetapi selalu ditolak Kedutaan Amerika di Jakarta ketika mengurus visa.
Inilah reggaeman kita yang selalu bersahaja

rasta-tony.jpg

SELALU ada berita baru tentang reggae dari Tony Q Rastafara. Selalu ada album atau master musik reggae di dalam tas kecilnya yang akan diperlihatkan kepada orang yang tertarik mencari tahu apa yang kini dikerjakannya. Atau sebuah buku, Bob Marley: Rasta, Reggae, Revolusi yang agak lusuh karena sering dibaca dari tangan ke tangan, dibahasnya bersama beberapa kawan di Warung Apresiasi (Wapres), Bulungan kebetulan dia memberi komentar singkat di sampul belakang. Tony Q, memang reggaeman yang bersemangat!

Kadang dia menghilang dari Jakarta beberapa bulan untuk melakukan konser di beberapa kota di Jawa dan Bali. Biasanya digelar di kampus-kampus, atau bar dan cafe. Kadang langkahnya panjang hingga mancanegara, “Aku mau berangkat ke Aus, nih!” katanya lewat telepon seluler, suatu kali. Maksudnya pergi ke Australia untuk melakukan mixing di Sound Warp untuk album barunya, Anak Kampung, yang akan dirilis dalam waktu dekat ini.
Selama tigapuluh tahun karir musiknya, Fullwood pernah bekerjasama dengan Bob Marley, Peter Tosh, Black Uhuru, Gregory Isaacs hingga The Mighty Diamondas. Setahun yang lalu, Fully Fullwood dan kawan-kawannya di band Tosh Meets Marley sempat melakukan tur konser di Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan Bali. Di belakang panggung konser, Tony Q diperkenalkan kepada Fully Fullwood dan kawan-kawan, serta manajer Mark Miller.
Tiba-tiba saja scene reggae di tanah-air heboh melihat kedekatan Tony Q dengan Fully Fullwood yang kemudian berujung bekerjasama membuat sebuah album.

Sekembali Tony Q dari Australia, BATAVIASE NOUVELLES menemuinya di Wapres pada suatu petang. Sambil menyeruput kopi pahit dan menghisap rokok kretek dengan diselingi senda gurau, lagi-lagi Tony Q bersemangat menjawab BATAVIASE.
Dari kejadian itu, lama-lama gue baru mengerti, ternyata orang Amerika itu sangat apresiatif dengan musik reggae Indonesia. Prof. Ann, misalnya, selalu memberi gue dorongan terus berkarya. Ketika dia dengar musik gue yang ada elemen musik Sunda, Jawa atau daerah lainnya di Indonesia, dia bilang, itu musikmu enggak ada di Amerika atau Afrika.
Budaya kita kan unik, sejarahnya panjang. Dia akhirnya mengirimkan lagu-laguku kepada Putu Mayo World Record, perusahaan yang berbasis di New York. Satu lagu gue, Pat Gulipat, masuk dalam kompilasi World Reggae berjudul Reggae Playground bersama musisi reggae dunia.
Gue langsung terharu sekaligus bangga, akhirnya musik reggae Indonesia diakui secara internasional.
Tony Q tak pernah menduga lagunya masuk dalam kompilasi Reggae Playground, bersanding dengan Rita Marley, istri Bob Marley dan Judy Mowatt, penyanyi latar The Wailers band Bob Marley, selain itu beberapa musisi yang mengisi album itu antara lain Johny Dread (Kuba), Eric Bibb (Amerika), Alan Schneider (Prancis), Modusta Largo (Maroko), The Burning Soul (Jamaika), Marty Dread (Amerika), Kal Dos Santos (Brasil), Asheba (Trinidad) dan Toot and The Maytals, band lawas dari Jamaika yang melahirkan kosakata “Reggae” ke dunia ini. Seluruh penjualan album ini diperuntukkan pembangunan sekolah taman kanak-kanak di Jamaika. Sebuah program yang bekerjasama dengan Perserikatan Bangsa-bangsa dan Rita Marley Foundation.

Bagaimana Anda melihat perkembangan musik reggae di Indonesia, yang sekarang lagi booming?

Gue selalu mendukung kawan-kawan yang bikin band reggae. Dan selama ini juga gue didukung kawan-kawan. Untuk desain sampul album Anak Kampung, yang bikin Ibnu Hibban, yang sudah menonton band gue sejak dia masih SMP. Sekarang dia sudah sarjana, lulusan jurusan seni rupa Institut Kesenian Jakarta. Cover Anak Kampung adalah skripsi Ibnu, dapat nilai A. Gue kan selalu mendukung sesuatu yang positif, kuncinya asal dikerjakan dengan senang hati semua akan berkembang. Setiap gue ngeband selalu ngajak band-band yang baru untuk jam-sesion. Di musik reggae itu nggak ada jarak, tua-muda saling mendukung. Gue nggak pernah menduga perkembangan reggae di masyarakat seperti sekarang ini, walau media masih memperlakukan seperti anak-tiri, kalau mau dibandingkan dengan musik rock atau pop. Sebagai pelaku reggae, gue akan terus bekerja, berkarya, bikin album…SALAM REGGAE MANIA

King of Reggae

Bob Marley-fotoBob Marley-photo
Robert Nesta MarleyLAHIR: 6 Februari 1945, St Ann, JamaikaMENINGGAL: 11 Mei 1981, Miami, FL
Pada tahun 1944, Kapten Norval Marley menikahi seorang gadis muda bernama Jamaika Cedalla Booker. Pada tanggal 6 Februari 1945 di dua tiga puluh pagi anak mereka, Robert Nesta Marley lahir di rumah kakeknya. Segera setelah Bob lahir ayahnya meninggalkan ibunya. Namun dia memberikan dukungan keuangan dan kadang-kadang kembali untuk melihat anaknya.
Sekarang sudah akhir tahun lima puluhan, pekerjaan yang langka di Jamaika, sehingga Bob mengikuti ibunya dari rumah mereka di St Ann ke Trenchtown (West Kingston) untuk mencari pekerjaan di kota besar. Trenchtown mendapatkan nama itu karena dibangun di atas parit yang menguras kotoran Kingston tua. Dalam Trenchtown Bob menghabiskan banyak waktu dengan teman baiknya Neville Livingstone yang orang yang disebut dengan julukan, Bunny. Juga di kota besar Bob lebih terkena musik yang ia cintai, termasuk hebat seperti Fats Domino dan Ray Charles. Bob dan Kelinci menghadiri kelas musik bersama yang diselenggarakan oleh penyanyi terkenal Jamaika Joe Higgs. Di kelas mereka bertemu Peter Macintosh dan segera menjadi teman baik.
Sementara itu musik Jamaika berkembang dan menjadi sangat populer di seluruh Karibia karena penemuan itu musik Ska. Ketika Bob adalah 16, ia mulai mengikuti mimpinya menjadi seorang musisi. Musik untuk banyak Jamaika muda itu melarikan diri dari kerasnya kehidupan sehari-hari. Salah satu dari anak-anak adalah Jimmy Cliff yang pada usia 14 telah mencatat beberapa hits. Setelah bertemu Bob, Jimmy memperkenalkannya kepada Leslie Kong, seorang produser rekaman lokal. Bob mengikuti nasihatnya dan mengikuti audisi untuk Leslie Kong. Bakat musik Bob bersinar jauh lebih terang kemudian orang lain hari itu dan mendapati dirinya di studio rekaman single pertamanya "Hakim Bukan" nya. Sayangnya tidak "Hakim Bukan" atau 1962-nya single "Satu cangkir lagi kopi" memang sangat baik. Bob segera meninggalkan Kong setelah ia gagal untuk memberinya gajinya.
Tahun berikutnya Bob, Bunny dan beberapa teman lainnya membentuk Wailers Ratapan. Tidak turun yang besar untuk memulai, setelah hanya beberapa sesi rekaman dua anggota, Cherry dan SMP Braithwait meninggalkan band. Band ini terus dan diperkenalkan untuk Clemet Dodd, seorang produser dari rekaman Coxsone perusahaan. Itu di sini di mana Wailers Ratapan merekam lagu pertama "Simmer Down" yang memang cukup baik di Jamaika. Untuk membantu rekaman lagu-lagu mereka studio disediakan beberapa musisi Ska berbakat. The Wailers Ratapan sekarang terdiri dari Bob Marley, Peter Tosh dan Bunny mulai menjadi sangat populer secara lokal. Penonton mereka dengan cepat tumbuh dan mereka merekam beberapa lagu lebih pada label Coxsone yang termasuk "It Hurts untuk menjadi Sendiri" dan "Peraturan yang roadie" Bob segera mengambil peran pemimpin, menjadi penulis lagu utama dan semua.
Kehidupan Bob terus terlihat lebih cerah pada tanggal 10 Februari 1966, ketika Bob Marley menikahi Rita Anderson pacar. Hari berikutnya Bob berangkat ke Amerika Serikat untuk mengunjungi ibunya yang tinggal di Delaware. Sementara di AS ia bekerja untuk membiayai lebih baik musik dan segera pulang. Ketika Bob Marley kembali musik Wailers Ratapan 'berevolusi dari Ska ke Rock Mantap. Evolusi ini bertentangan dengan yang ingin Coxsone Ska band. Jadi Wailers Ratapan baru meninggalkan Coxsone untuk membentuk dan diubah namanya sendiri Wailers. Daripada mencari-cari label baru Wailers memutuskan untuk membentuk mereka sendiri yang mereka sebut Wail 'N' Soul. Ini bertepatan dengan kelahiran Marley pertama lahir yang mereka namakan Cedalla. Mereka merilis beberapa sinyal pada label mereka seperti "Bend turun rendah" dan "mood Mellow" sebelum melipat tahun yang sama.
Akhir dari label mereka terpengaruh band sangat, itu tidak sampai mereka bertemu Lee Perry bahwa mereka kembali pada jalur. Dengan bantuan dari Lee Perry Wailers diproduksi trek besar seperti "Duppy Penakluk", "Jiwa Rebel", "400 Years" dan "Axe Kecil".
1970 melihat keluarga Wailers tumbuh dengan penambahan Aston "Family Man" Barret dan Carleton saudaranya. The Wailers yang sekarang cukup populer di seluruh Karibia tetapi masih belum diketahui secara internasional. Dengan popularitas ini label lebih sukses kedua dibentuk oleh Wailers disebut Tuff Gong setelah nama panggilan Bob Marley. The Wailers bertemu Johnny Nash dan segera Bob disertai Nash untuk Swedia dan London. Ketika di London, Bob direkam "Reggae di Broadway" yang dirilis oleh CBS. Setelah ini sisa Wailers tiba di London untuk membantu mempromosikan single hanya untuk menemukan bahwa ada keluar uang dan terdampar di sana. Dengan sedikit pilihan yang tersedia, Bob pergi ke Island Records Mendasarkan Jalan Studios dan diminta untuk berbicara dengan bos, Chris Blackwell dengan harapan kemungkinan kontrak rekaman.
Mr Blackwell sudah mendengar tentang Wailers dan ditandatangani mereka di tempat. Ia maju mereka £ 8000 sehingga mereka bisa terbang kembali ke rumah dan merekam album pertama mereka untuk Island. Ini adalah kesepakatan besar, untuk pertama kalinya sebuah band reggae akan memiliki akses ke fasilitas rekaman terbaik. Album mereka dirilis adalah "Catch a Fire", itu sangat diterima dengan baik oleh kritikus dan merupakan salah satu album reggae pertama. Sebelum Wailers reggae dijual pada sinyal atau album kompilasi.
Pada musim semi tahun 1973 Wailers tiba kembali di London untuk memulai tur tiga bulan mereka Inggris. Di akhir tur mereka kembali kembali ke Jamaika tempat Kelinci memutuskan untuk berhenti tur. Ia digantikan oleh Joe Higgs. The Wailers bersama dengan Higgs melakukan perjalanan ke AS mereka dijadwalkan untuk membuka 17 menunjukkan nomor satu untuk bertindak hitam di Amerika, Sly and the Family Stone. The Wailers dipecat setelah 4 menunjukkan karena mereka lebih populer maka mereka band dibuka untuk, orang sering meneriakkan "Wail-ers" baik ke Sly dan Batu set keluarga. Juga mereka membuka beberapa tanggal untuk Bruce Springsteen. Setelah Sly and the Family Stone axed Wailers mereka menemukan diri mereka sekali lagi tanpa uang dan terdampar, kali ini di Las Vegas. Entah bagaimana mereka menemukan jalan ke San Fransico. Sementara di sana mereka melakukan konser siaran untuk stasiun radio FM KSAN-. Seluruh pengalaman mendongkrak popularitas mereka di Amerika Utara.
Dengan 1973 mereda Wailers merilis banyak diantisipasi menindaklanjuti album "Catch a Fire" yang disebut "Burnin". Di album ini banyak Wailer klasik muncul seperti "Aku menembak Sheriff" dan "Get Up Stand Up". The Wailers popularitas di Amerika Utara tumbuh bahkan lebih ketika Eric Clapton direkam ulang "I Shot Sheriff", menjadi hit nomor satu di tangga lagu single AS.
1975 melihat rilis dari album ketiga Wailers, "Natty Dread" dengan trek besar seperti "Berbicara Blues", "No Woman No Cry" dan "Revolusi". Pada sisi bawah meskipun dua pertiga dari Ratapan asli Wailers, Peter Tosh dan Bunny Wailer keluar dari band untuk mengejar karir solo. Ini menyebabkan band untuk mengubah nama mereka lagi. Kali ini Bob Marley dan Wailers. Keberangkatan dua anggota membuat lubang di bagian backing vocal, ini dipenuhi lubang dan kemudian beberapa oleh I-Threes (Rita Marley, Judy Mowatts dan Marcia Grittiths). Musim panas itu band memulai tur Eropa yang baru. Dua dari mereka yang menunjukkan berada di Lyceum Ballroom, keduanya dianggap menunjukkan di antara bagian atas dekade.
Kedua menunjukkan direkam dan membuat album "Live!" yang termasuk versi live yang tak terlupakan "No Woman No Cry" yang merupakan hit di seluruh dunia. Band ini mengalami perubahan lagi dengan penambahan Al Anderson dan Bernard Harvey yang kemudian digantikan oleh Junior Marvin dan Tyrone Downie. Terakhir kali Wailers asli pernah bermain bersama berada di sebuah konser Stevie Wonder Jamaika untuk Institut untuk orang buta. Bob Marley dan The Wailers terus roll merilis album yang luar biasa "Rasta man Vibration" pada tahun 1976. Ini capped off jenis reggae-Mania terjadi di Amerika Serikat. Rolling Stone bernama mereka band tahun. Pada pria Rasta album Getaran adalah kuat lagu "Perang" yang liriknya berasal dari pidato yang diberikan oleh Kaisar Haile Selassie. Bob Marley memutuskan untuk memainkan konser gratis di Kingston Taman Pahlawan Nasional pada tanggal 5 Desember 1976.
Gagasan di balik konser adalah pesan damai terhadap perang ghetto terjadi di Trenchtown pada saat itu. Tragedi terjadi dua hari sebelumnya bahwa dia naik panggung, pria bersenjata menerobos masuk ke rumah Marley dan menembak Bob, Rita, dan dua orang teman. Untungnya tidak ada yang terbunuh. Meskipun demikian Bob Marley melanjutkan untuk memberikan pertunjukan yang mengesankan dua hari kemudian di Jamaika konser Senyum. Setelah pertunjukan band kiri untuk Inggris. Sementara mereka berada di sana mereka merekam 1977 itu "Exodus". Mungkin album terbaik mereka sampai saat ini, bintang internasional dipadatkan band. Ia pergi nomor satu di banyak negara termasuk Inggris dan Jerman. Itu juga salah satu album atas tahun.
Selama tur Eropa mereka, band ini melakukan minggu menunjukkan di Rainbow Theatre di London. Itu pada awal tur ketika Bob terluka jari kakinya bermain sepak bola. Ia kemudian didiagnosis sebagai kanker. Juga selama ini tur Bob menerima cincin yang sangat penting, siapa yang pemilik sebelumnya adalah Kaisar Ethiopia. Pada bulan Mei Bob diberitahu tentang kanker yang dideritanya. Kankernya akan pasti akan diurus oleh mengamputasi jari kaki tapi Bob menolak. Untuk melakukannya akan bertentangan dengan iman Rastafarian. Dengan berita ini sisa dari tur Keluaran dibatalkan. Penyakitnya tidak mencegah dia dari rekaman musik meskipun, 1978 melihat pelepasan "Kaya" yang memiliki suara yang jauh lebih mellow kemudian album-album sebelumnya. Bob dituduh menjual karena banyak dari lagu-lagu lagu-lagu cinta atau upeti untuk ganja (ganja). Rastafarian percaya bahwa merokok rempah kudus akan membawa mereka lebih dekat ke Jah (Tuhan).
Pada April 1978, Bob kembali ke Jamaika untuk memainkan Konser Satu Cinta Damai. Yang hadir adalah Presiden Jamaika Michael Manley dan pemimpin oposisi Edward Seaga. Itu Bob yang membuat mereka di panggung dan bahkan sampai mereka untuk berjabat tangan. Pada tanggal 15 ia dianugerahi Medali Perdamaian Dunia Ketiga dari PBB. Untuk pertama kalinya ia mengunjungi Afrika akan Kenya dan Ethiopia. Pada perjalanan ini ia mulai bekerja pada lagu "Zimbabwe". Band ini juga merilis album live kedua mereka "Babel oleh Bus" dengan tercatat di Paris. Album yang diikuti itu Survival pada 1978. Sepanjang album tema kelangsungan hidup hitam tampak jelas.
Tujuh puluhan sekarang datang ke dekat, Bob Marley dan Wailers adalah band paling populer di jalan memecahkan banyak rekor festival. Pada tahun 1980 band ini menemukan diri mereka di Gabon untuk tampil di Afrika untuk pertama kalinya. Berikut Bob Marley menemukan bahwa ada manajer telah menipu band, Bob memberinya memukul dan memecatnya. Pemerintah Zimbabwe mengundang seluruh band untuk tampil di negara Kemerdekaan Upacara pada bulan April. Bob kemudian mengatakan undangan untuk menjadi kehormatan terbesar dalam hidupnya.
Setelah kehormatan yang luar biasa dan pengalaman Bob Marley terus merekam, "Uprising" dirilis pada tahun 1980. Semuanya tampak terang, band ini berencana tur Amerika dengan Stevie Wonder untuk musim dingin itu. Kesehatan Bob memburuk, tapi ia masih mendapat izin dari dokter untuk pergi di jalan. Tur dimulai dengan Boston, diikuti oleh New York. Selama acara New York Bob tampak sangat sakit dan ia hampir pingsan. Keesokan paginya pada 21 September saat jogging di Central, Bob pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Ada tumor otak ditemukan dan dokter memberinya bulan untuk hidup. Rita Marley ingin tur dibatalkan tapi Bob ingin melanjutkan. Dia memainkan pertunjukan yang tak terlupakan di Pittsburgh tapi terlalu sakit untuk melanjutkan tur sehingga itu akhirnya dibatalkan.
Ini akan menjadi pertunjukan terakhir yang pernah dilakukan. Perawatan berkepanjangan hidupnya agak tapi tak terelakkan akan segera terjadi. Bob diangkut ke rumah sakit Miami di mana ia dibaptis Berhane Selassie dalam Gereja Ortodoks Ethiopia pada 4 November. Dalam upaya terakhir untuk menyelamatkan nyawanya ia menjalani pengobatan yang kontroversial di Jerman. Sementara di Jerman ia merayakan ulang ke-36 dan terakhir. Akhirnya pengobatan tidak bekerja. Bob ingin mati di rumah sehingga ia diterbangkan kembali. Sayangnya ia tidak menyelesaikan perjalanan, ia meninggal pada 11 Mei 1981 di sebuah rumah sakit di Miami. Ia meratapi internasional dan ribuan muncul di Mei 21 pemakaman untuk menunjukkan penghormatan. Yang hadir wereboth Presiden Jamaika dan Pemimpin Oposisi. Bob Marley sekarang terletak di sebuah makam di tempat kelahirannya.
Setelah kematiannya ia dianugerahi Orde Jamaika of Merit. Nabi Gad bersikeras menjadi pemilik Bob cincin. Namun, luar biasa cincin yang hilang dan masih belum ditemukan. Ibu Bob mengatakan bahwa cincin itu kembali ke tempat itu asal.
Bob Marley tahu nasibnya. Menjadi seorang visioner ia meramalkan ini, kata-katanya akan selamanya diabadikan dalam lirik di mana ia menulis.
"Suatu pagi yang cerah ketika pekerjaan saya berakhir saya akan terbang jauh"
Berkat stephenandziggymarley@hotmail.com untuk mengirimkan biografi